Mereka terlahir disalah satu Desa yang tak jauh dari Keramaian Kota Besar. Anak-anak pandai dari sebuah desa yang menjadi tempat mereka tumbuh berkembang. Mereka belajar, bermain, juga berkembang di sana. Di rumah-rumah mereka yang berdekatan, dan sangat sederhana itu.
Ali, Indah, Rudi dan Koi. Merekalah anak-anak yang begitu patut kita contoh kesetia-kawanan mereka. Keluarga mereka sungguh tidak mampu dalam hal ekonomi, tapi mereka tidak banyak omong serta banyak pikir jika salah satu dari mereka kesusahan. Mereka selalu saling membantu untuk membuat mereka tersenyum.
Ali hanya tinggal bersama Ayahnya saja, dimana ayahnya sungguh keras mendidik dia, “Serasa di siksa saat di rumah” keluhan Ali selalu begitu setiap saat. Ibunya telah meninggal dunia ketika Ali lahir, Ayahnya begitu sayang Ali, namun didikannya berlebihan, itu membuat Ali tak nyaman.
Indah merupakan anak kedua setelah kakak laki-lakinya yang telah bekerja di Kota bersama Ayahnya. Jadi Indah hanya tinggal bersama Ibu dan adik laki-lakinya.
Rudi adalah anak yatim piatu, dia tinggal di rumah Koi, dan Koi adalah seorang anak yatim, ayahnya meninggal karena sakit keras. Mereka Rudi sudah dianggap anak sendiri oleh ibu Koi. Koi sendiri sebenarnya bernama Joni Rahman, namun dia suka sekali dengan ikan Koi peliharaanya, seperti sungguh mencintainya dia pada ikan Koi-nya tersebut, lalu temannya memanggil dia si ‘Koi’.
Mereka selalu berkumpul di bawah pohon mangga yang sudah sering di cangkok oleh ibunya Koi, yah, di rumah Koi banyak sekali pohon mangga. Namun pohon mangga yang paling tua menjadi tempat mereka sering bermain. Lebat sekali pohon mangga itu, seperti takkan terganti sebagai tempat mereka bermain. Sepulang sekolah, sampai hampir malam selalu mereka bernaung di bawah pohon mangga itu. Mereka adalah anak yang rajin belajar, pelajaran demi pelajaran selalu mereka lalui bersama, sering mereka belajar bersama tiap malam di rumah Ali, karena mereka tahu ayah Ali yang keras itu selalu menyuruh Ali belajar tiap malam, maka teman-temannya menemani juga sambil belajar bersama. Mereka saling membutuhkan, karena tidak semua pelajaran mereka kuasai.
Niat mereka bersekolah sangat patut diacungi jempol, setiap saat, senantiasa mereka bersama-sama. Cuaca yang tidak mendukung tak pernah mereka hiraukan, segala cara selalu mereka lakukan untuk bersekolah.
Suatu saat di musim hujan, Indah jatuh sakit. Yah, mereka tau itu pasti karena dia kehujanan kemarin. Mereka berhujan-hujanan sepulang sekolah kemarin. Indah memaksakan diri untuk bersekolah, namun teman-temannya memaksanya untuk istirahat di rumah saja. Namun Indah tetap saja bersekolah. Dia Menyusul mereka setelah Ali, Rudi dan Koi sudah jauh di jalan. Memang mereka tak bisa memaksanya untuk pulang. Mereka akan menjaga Indah.
Tak lama setelah itu, Ayah Indah meminta Indah dan ibunya ikut berpindah ke tempat Ayah dan Kakaknya tinggal. Sungguh berat perasaan Indah untuk meninggalkan ketiga sahabatnya itu. Begitu pula Ketiga sahabatnya sungguh tak bisa menerima kepindahan Indah, karena setelah itu terjadi, mereka takkan mungkin bersama lagi. Ali, Rudi, dan Koi memang sedih, namun mereka berpikir setidaknya mereka bisa memberikan kenang kenangan untuk Indah. Ali memiliki foto mereka berempat, Rudi memberikan rangkaian 4 patung-patungan yang saling bergandengan tangan yang menandakan mereka berempat saat itu, sementara Koi yang pandai melukis, melukiskan suasana saat mereka berempat sedang belajar bersama.
Sungguh air mata mereka tak dapat di tahan lagi, mereka sungguh tak bisa terpisahkan. Namun mereka berjanji untuk tak pernah melupakan kisah kisah mereka bersama. Kini Indah takkan berada di pandangan mereka lagi. Malam itu mereka tidak lagi belajar bersama. Mereka tak lagi berkumpul d rumah Ali. Rudi tak lagi di rumah Koi. Rudi pulang ke rumah pamannya. Kini mereka belajar sendiri sendiri.
Mereka sudah jarang bertemu. Bahkan mereka tak masuk sekolah. Suatu malam Ali mengunjungi Koi,
“Sebenarnya untuk apa kita begini, aku merasa kita semua mengalami kepedihan yang sama, sebaiknya kita tetap seperti dulu, meski tanpa Indah, Koi”.
Lalu mereka berdua mengunjungi Rudi. Yah Mereka berniat melupakan kepergian Indah, namun tetap tak melupakan Indah sebagai Salah satu sahabat mereka.
Kini Mereka bertiga sudah kelas tiga SMP. Kemampuan mereka bertiga sudah sering terdengar ke kota-kota luar. Mereka sudah sering mengikuti Olimpiade-olimpiade tingkat Provinsi. Mereka mendapatkan beasiswa yang membuat mereka senang, dan Pemerintah membantu kekurangan ekonomi mereka. Kini mereka tak lagi kesusahan. Namun mereka masih senang bermain di bawah Pohon mangga di rumah Koi. Mereka membuat kamar kecil di bawah pohon itu, untuk menjadi kamar pribadi mereka, seperti rumah kedua bagi mereka.
“Bagaimana kabar Indah di sana ya?” gumam Ali.
“Kita doakan saja semoga dia tetap sehat, dan masih pinter seperti dulu, li” jawab Rudi
“Kamu kangen engga?” Tanya Ali.
“Iya lah dul!” jawab Rudi.
Mereka ingin sekali bertemu Indah, sempat terpikirkan oleh Koi, untuk mengunjungi Indah, tapi mereka tak tau alamat Indah, jadi harapan itu hanyalah mimpi. Mereka hanya bisa membayang-bayang saja.
Koi mulai membuat lukisan-lukisan tentang ingatannya akan mereka dan Indah. Setelah itu dia tempelkan di dinding Kamar mereka. Entah kenapa, Rudi meminta Koi untuk membuat semacam ukiran di pohon mangga itu, untuk lukisan mereka dan Indah. Yah Mereka semua membantu. Hanya seminggu, ukiran yang muncul dari ide Rudi pun terwujud. Pohon mangga itu kini ber-relief wajah Mereka Ber-empat.
“Kalau membuat ini saja bisa, kenapa kita engga bisa bertemu Indah? Aku yakin suatu saat kita bisa bertemu dia” kata Koi pada dua sahabatnya.
Masa-masa SMP usai sudah, Mereka bertiga sudah SMA. Kini Desa mereka sudah mulai berkembang, sudah seperti Kota. Jalan yang tadinya tidak rata, penuh bebatuan, kini sudah beraspal. Sudah mulai banyak pertokoan pertokoan. Ekonomi Orang tua mereka pun mulai berkembang. Mereka hidup bahagia, tidak selalu kesusahan seperti dulu.
Suatu saat di hari Minggu Sore. Saat mereka bertiga sedang bercerita-cerita di bawah pohon mangga yang sudah tua namun bersih, dan sangat terawat itu, Sebuah mobil Mewah berwarna Putih Mengkilat berhenti di depan rumah. Lalu seorang perempuan cantik mengenakan kaos putih dan rok putih pula bersama seseorang yang lebih tua mungkin ibunya itu turun dari mobil mereka. Tampak seperti agak bingung memandangi sekeliling. Lalu Mata gadis tadi tertuju pada Pohon mangga itu juga mereka bertiga.
“EIh, siapa lagi itu? Anak Gubernur kah??” Canda Koi.
“Mana mungkin, Koi. Mungkin sepupumu kali, Rud?” Lanjut Ali.
“Hmmm..?” gumam Rudi dengan Wajah bingung.
“Kalian ngerasa pernah liat engga?” lanjut Ali.
Mereka bertiga pun menghampiri. Sungguh terkejut mereka saat Gadis tadi memanggil nama mereka bertiga. Sungguh membuat mereka terkejut, Gadis se-cantik tadi itu adalah Indah. Sahabat mereka yang sungguh mereka sayangi itu.
Mereka pun bercanda tawa lagi, berbagi pengalaman-pengalaman mereka selama mereka berpisah. Sungguh Indah terkagum dengan banyak perubahan di tempat itu, apalagi Pohon mangga yang berukirkan wajah mereka Ber-empat, sekitar tiga tahun lalu. Dan begitu terkejutnya Ali, Rudi dan Koi saat Indah menunjukan kenangan-kenangan yang mereka berikan pada Indah di hari perpisahan mereka. Akhirnya mereka bersama-sama lagi, meski hanya untuk empat hari, karena saat itu sedang libur sekolah. Mereka memakan Buah mangga bersama-sama seperti masa kanak-kanak mereka dulu. Setidaknya Indah bisa melihat dan merasakan kenyamanan Pohon Mangga yang kini sudah jauh lebih indah itu.